Al ‘Atho’ (pemberian) dari makhluk, pada umumnya menyebabkan ia akan terhijab dari Allah, sehingga tidak ingat pada Allah, dan merasa berhutang budi kepada sesama manusia, dan inilah letak kerugian moril. Sebaliknya penahanan atau penolakan yang, menyebabkan ingat kepada Allah itu berarti suatu karunia nikmat yang besar dari Allah.
Pemberian dari makhluk merupakan penghalang karena tiga alasan: pertama, dalam pemberian itu ada nafsu, pencapaian syahwat dan hasrat, serta menyebabkan hati mati dan mengeras. Kedua, dalam pemberian makhluk terdapat pengurangan derajat dan penutupan kesempurnaan tingkat dan maqam. Ketiga, dalam pemberian dari makhluk ada kecenderungan hati untuk mencintai mereka.
Sayyidina Ali ibnu Abi Tholib k.w. berwasiat: Janganlah engkau jadikan di antara dirimu dan Allah seorang mun’im (pemberi nikmat). Karena bila engkau merasa adanya yang memberi nikmat kepadamu selain Allah. Maka itu sebagai kerugian bagimu.
Syaikh Abdussalam ibn al Masyisy r.a berkata kepada Abu al Hasan r.a: wahai Abu al Hasan, larilah dari kebaikan manusia lebih banyak keimbang dari kejahatan mereka. Karena kebaikan mereka akan menjadi bencana di hatimu, sedangkan kejahatan mereka akan menjadi bencana pada badanmu. Celakanya badan jauh lebih baik daripada celaka hati. Musuh yang bisa menyampaikanmu pada Tuhan jauh lebih baik daripada kekasih yang memutuskanmu dari Tuhan.
Al Man’u (penahanan) dari Allah disebut kebaikan karena dua alasan: pertama, telah dijelaskan bahwa Allah tidah menahan anugrahNya kepadamu karena kikir dan lemah, tetapi penahanan itu merupakan pendangan baiknya untukmu, karena boleh jadi apa yang kau minta tidak layak untuk keadaanmu waktu itu sehingga Allah SWT menangguhkan untuk waktu yang lebih utama dan lebih baik, atau Dia menyimpannya untuk hari kefakiranmu (akhirat). Kedua, penahan itu membuatmu tetap diam di pintuNya dan perlindunganNya, dan dalam penahanan itu terdapat puncak kemuliaanmu serta peningkatan kapasitasmu. Dalam sebuah hadits diriwayatkan: